lapoaran pembenihan ikan lele

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
 Ikan lele merupakan satu diantara beberapa jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demiki an perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai Feeding Conversation Rate (FCR). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui silang-balik (tahun 2000), uji keturunan benih dari induk hasil silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi produksi induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil perekayansaan ini (lele sangkuriang) memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat. Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan di kolam yaitu dengan perbaikan metode budidaya ikan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan ikan mempunyai daya tahan hidup yang tinggi dan dapat tumbuh dengan baik. Didalam pemenuhan benih ikan lele  kiranya perlu dilaksanakan usaha pemijahan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara pemijahan lele  (Clarias sp) secara Induced breeding.
1.2  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu  untuk mengetahui teknik pemijahan pada ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) yang meliputi persiapan kolam, seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva.
1.3  Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum teknik pembenihan ikan adalah sebagai berikut :
1.      Menambah pengetahuan serta wawasan tentang teknik pembenihan ikan air tawar khususnya ikan lele sangkuriang (Clarias sp).
2.      Dapat menemukan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias Sp).
3.      Dapat menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam teknik pembenihan Ikan lele sangkuriang (Clarias Sp) secara intensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lukito (2002) menyatakan bahwa lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui silang balik (backcross).  Sehingga klasifikasinya sama dengan lele dumbo yakni:
Phyllum             : Chordata
Kelas                  : Pisces
Subkelas                : Teleostei
Ordo                   : Ostariophysi
Subordo              : Siluroidea
Famili                 : Clariidae
Genus                 : Clarias
Spesies               : Clarias sp
http://www.smkn1airputih.sch.id/download/32898066239jenis-umpan-ikan-lele.jpg
Metode pemijahan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara alami dan secara buatan.  Pemijahan secara alami yaitu pemijahan yang dilakukan di kolam pemijahan sebagaimana ikan lainnya, sedangkan pemijahan secara buatan yaitu dengan metode hipophysasi atau teknik rangsangan ovulasi dengan cara pemberian hormon gonadotropin yang akan mematangkan gonad.  Pembuahannya dilakukan dengan cara diurut (streeping) hal ini dapat mempercepat proses pemijahan (Effendi, 2004).
Lele sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan berat minimal 500 gram.  Pada perkawinannya, induk betina akan melepaskan telur bersamaan dengan jantan melepaskan spermatozoa di dalam air untuk membuahi telur. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah. Menurut pengalaman petani, di kolam ikan lele dapat memijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim (Suyanto, 1999).
Lele memiliki tubuh memanjang (simetris radial), bagian kepala hingga punggung berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala hingga leher terdapat bercak warna putih. memiliki sungut empat pasang yang terletak disekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut maksilar, dan dua pasang sungut mandibular.Sungut maksilar berfungsi sebagai tentakel, yaitu alat untuk meraba. (Murhananto, 2002).
Secara morfologi, ikan Lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar, memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
BAB III
METODELOGI KERJA
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 14 Maret 2016 yang berlokasi di Balai Benih Ikan  (BBI) Jantho, Aceh Besar.
3.2. Alat Dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah:
Tabel 3.2.1. Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan
Jumlah
Fungsi
1
Perlengkapan tulis
Secukupnya
Untuk mencatat keterangan dari pemateri praktikum
2
Buku penuntun
Secukupnya
Sebagai tambahan saat proses wawancara
3
Kamera
1 unit
Untuk mengdokumentasikan  proses pengamatan
4
Ovaprim
1 botol
Untuk membantu proses pemijahan
5
Jarum suntik
Secukupnya
Untuk menyuntikan ovaprim pada induk
6
Gerobak semen
1
Untuk mengadukkan kapur pada saat pengapuran kolam
7
Kakaban
Secukupnya
Untuk tempat penempelan telur
8
Timbangan
1
Untuk menimbang induk yang akan dipijahkan
9
Induk ikan lele sangkuriang
6 ekor
Untuk dilakukan pemijahan dengan menggunakan ovaprim
10
Baskom
Secukupnya
Sebagai tempat pengadukan sperma dan telur agar dibuahi
11
Kapur tohor
Secukupnya
Digunakan untuk pengapuran kolam

3.3  Cara Kerja
3.1.1        Persiapan wadah
a.       Dilakukan pengeringan kolam yang digunakan sebelum ditebar benih ikan lele sampai tanah mulai mengering dan mengalami retak.
                                                                                                                            
b.      Dilakukan pengapuran dengan mengunakan kapur jenis tohor yang telah diaduk dengan air secukupnya dan ditebar di seluruh bagian kolam dengan merata.
c.       Dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk dan diebar kesuluruh bagian kolam dengan merata.
3.3.2. Seleksi induk
a.       Dilakukan pengeringan pada kolam induk.
b.      Diseleksi induk yang matang gonad dengan menangkapnya menggunakan jaring.
c.       Selanjutnya induk siap dilakukan penyuntikan.
3.3.3. Penyuntikan hormon
a.       Diambil induk betina dan jantan yang telah diseleksi dan ditimbang satu persatu.
b.      Dilakukan penyuntikan hormon ovaprim dngan menggunakan jarum suntik dengan dosis 0,5 ml/ kg berat bobot induk.
c.       Dimasukkan induk jantan dan betina yang sudah dilakukan penyuntikan dalam 1 wadah pemijahan dan dibiarkan selama 12 jam (sebaiknya pada malam hari).
3.3.4. Fertilisasi
a.       Diambil induk jantan dan dilakukan pembelahan untuk diambil kantung spermanya.
b.      Setelah diambil, dicuci dengan NaCl an digunting kecil-kecil kedalam larutan NaCl.
c.       Diambil induk betina dan dilakukan stripping untuk mengeluarkan telur dan diletakkan dalam cawan
d.      Dimasukkan cairan sperma kedalam cawan telur dan diaduk dengan tambahan air
e.       Ditebar dikakaban, dibiarkan selama 24 jam.
3.3.5. Pendederan
a.       Telur yang sudah menetas menjadi  larva dikakaban, dipindahkan ke kolam pendederan larva.
b.      Dilakukan perawatan larva dengan cara pemberian pakan,  pengelolaan kualitas air dan pengendalian hama penyakit.
3.3.6. Panen
a.  Larva yang sudah menjadi benih siap dilakukan pemanenan dengan menggunakan jaring berukuran sesuai benih ikan.
b. Dipindahkan benih kedalam bak fiber dan dipindahkan ke lokasi grading.
3.3.7. Pasca panen
a.       Dilakukan grading pada benih ikan sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
b.      Benih ikan yang sudah digrading dipacking  kedalam wadah plastik dengan padat tebar 1000 ekor/kantong plastik.
c.       Diberi oksigen kedalam kantong plastik packing ikan.
d.      Benih ikan siap untuk dilakukan penjualan.




BA B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan dari praktikum teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias Sp)  adalah sebagai berikut :
         Tabel 4.1.1 Data hasil pengamatan
Induk
Berat (kg)
Dosis (ml)
Jantan
1
0,7 kg x 0,5 ml
0,35 ml
2
0,82 kg x 0,5 ml
0,41 ml
Betina
1
1 kg  x 0,5 ml
0,5 ml
2
0,9 kg x 0,5 ml
0,45 ml
3
1 kg x 0,5 ml
0,5 ml
4
0,87 kg x 0,5 ml
0,44 ml

4.2 Pembahasan
4.2.1 Data Primer
a)      seleksi induk
induk ikan lele sangkuriang yang akan digunakan dalam kegiatan pembenihan harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, daya tetas telur, dan pertumbuhannya.karakteristik tersebut dapat diperoleh dari ketika dilakukannya seleksi induk. Persyaratan induk betina ikan lele sangkuriang antara lain, umur minimal 1 tahun dengan berat 0,7 – 1 kg dengan panjang standar 25 – 30 cm untuk betina. Sedangkan untuk jantan sudah berumur 1 tahun,berat 0,5 – 0,1 kg dengan panjang standar 30 – 35 cm.
     Induk betina yang dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek secara praktis hal ini bisa diamati dengan cara perabaan pada bagian perut, bila diurut/ stripping mengeluarkan sel telur. Sedangkan untuk induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.
b)      teknik pemijahan
pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemijahan alami (natural Spawning), semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang sudah matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan yang sudah diberikan kakaban. Pemijahan semi dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikana hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Sedangkan pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dan induk jantan kemudian pemijahan dilakukan secara buatan. Pemijahan yang dilakukan di BBI Jantho Baru yaitu pemijahan buatatn (induced breeding) dengan perbandingan 2:4, dengan 2 jantan dan 4 betina.
                  Induk yang telah diseleksi dan telah dilakukan pemilharaan induk perlu ditimbang untuk mengetahui bobot dan jumlah dosis yang diperlukan oleh masing – masing induk, baik jantan maupun betina. Induk jantan yang memiliki bobot tubuh 0,7 kg dengan dosis 0,35 ml dan 0,82 kg dengan dosis penyuntikan 0,41 ml. Penyuntikan hormon dilakukan secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 8 – 10 jam tergantung pada suhu inkubasi. Prosedur pemijahan seperti yang telah disebutkan pada bab 3 dapat dilakukan setelah masa inkubasi. Berat induk 1 kg akan menghasilkan telur 80 – 100 ribu telur dengan presentase benih yaitu 80%.

c)      teknik penetasan telur
proses penetasan telur dapat dilakukan dikolam penetasan baik berupa bak beton, fiber dan sebagainya. Kakaban sebagai media yg digunakan untuk penempelan telur yang semulanya terapung pada saat penetasan kakaban dibalikkan. Sehingga lapisan kakaban yang ditempeli telur berada dibawah. Hal ini dikarenakan supaya telur mendapat suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut tersebut maka perlu diberikan aerasi pada kolam penetasan. Biayasanya telur akan menetas selama 2 × 24 jam setelah proses fertilisasi. Telur akan terbuahi selama 10 detik setelah pencampuran dengan sperma.
4.2.2 Data Skunder
a.       Manajemen Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan pada saat pemeliharaan induk sngat mempengaruhi tinkat kematangan gonad induk ikan lele. Jenis pakan yang diberikan saat pelihara induk dapat berupa pakan komersil dan juga pakan alami. Jenis pakan komersil yang diberikan saat perawatan induk dapat berupa pelet dengan kandungan protein diatas 25 % dengan pemberian pakan yaitu 2 – 3% sehari dari bobot biomassa dengan frekuensi 3 kali sehari. Sedangkan jenis pakan alami yang diberikan yaitu belatung, bekicot, keong mas dan usus ayam.
Larva ikan lele yang baru menetas tidak perlu dikasih pakan selama 3-4 hari karena larva lele memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolk sack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva lele sangkuriang. Setelah berumur 3 – 4 hari baru dikasih pakan tambahan berupa kuning telur selama 7 hari. Selanjutnya dikasih pakan alami dan pelet udang disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan. Ikan yang berukuran 3 – 5 sudah bisa dikasih pelet F-999, pelet jenis ini dapat diberikan hingga ikan mencapai ukuran konsumsi. Jenis pakan yang diberikan untuk benih ikan lele sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Sehingga pakan yang diberikan memiliki kandungan protein diatas 30 % untuk benih. Sehingga pertumbuhannya lebih cepat.
b.      Manajemen Kualiatas Air
Air di BBI Jantho Baru berasal dari bendungan/ sungai jantho baru yang dibuat oleh pemerintah untuk digunakan oleh masyarakat setempat. Kualitas air di BBI jantho baru yaitu kandungan  6,5 – 8 ppm. suhu 26oC – 31oC. kandungan oksigen terlarut yaitu 3 – 5 ppt.
Larva yang baru menetas biasanya akan mengumpul dibawah kolam penetasan dengan warna yang masih tranparan. Untuk menjaga kualitas air maka perlu dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 50%.  pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas ( tidak dibuahi ).  Kotoran-kotoran tersebut jika tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan sehingga dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati-hati agar larva tidak stress dan tidak ikut terbuang bersama kotoran.
c.       Teknik pendederan larva
Pendederan dilakukan pada malam hari dan bisa juga dilakukan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan bahwa larva ikan lele masih sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air kolam ( suhu dan DO ) sehingga toleransi terhadap perubahan tersebut tidak langsung  atau perubahannya bertahap. Sebelum dilakukan pendederan sebaiknya dilakukan persiapan kolam pendederan. Persiapan kolam pendederan meliputi: pengapuran (di BBI jantho menggunakan kapur tohor ). Pengapuran ini bertujuan untuk membunuh hama penyakit yang ada pada kolam pendederan. Setelah 2 – 3 hari dilakukan pemupukan( jenis pupuk yang ditebar di BBI jantho baru yaitu pupuk kandang ) pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah 3 – 4 hari baru dilakukan pendederan kekolam pembesaran sampai ikan mencapai ukuran benih.
d.      Panen dan Pasca Panen
Panen benih dapat dilakukan denga cara panen sebagian dan panen seluruhnya. Panen sebagian dilakukan dengan cara menangkap benih ikan dengan menggunakan hap/ waring.  Sedangkan panen keseluruhan dilakukan dengan pengiringa dasar   kolam.pengiringan kolam dilakukan dengan membuka saluran outlet, pada bagian outlet dipasang hapa maupun jaring supaya pada saat pengeluaran air terjadi benih ikan tidak lolos. Setelah panen benih ikan dibawa ketempat grading. Setelah dilakukan grading baru dipacking.   



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari praktikum teknik pembenihan yang dilakukan di BBI jantho baru berdasarkan pembahasan sebelumnya yaitu sebagai berikut:
1.      Lele sangkuriang baru bisa dijadikan induk pada umur 1 tahun dengan bobot 0,5 kg – 1 kg.
2.      Perbandingan induk pada pemijahan yang dilakukan yaitu 1:2, satu jantan dua betina.
3.      Penyuntikan hormon dilakukan secara intra musculer.
4.      Proses striping dilakukan setelah melalui masa inkubasi selama 8 – 10 jam.
5.      Fertilisasi terjadi setelah 10 detik dari pencampuran sel sperma dengan sel telur.
6.      Telur ikan lele sangkuriang akan menetas selama 2 kali 24 jam setelah fertilisasi.
7.      Air dikolam larva lele sangkuriang perlu dilakukan penyifonan supaya kualitas airnya terjaga.
8.      Larva yang berumur 7 hari dapat dilakukan pendederan.
9.      Panen benih dapat dilakukan setelah ikan lele berukuran 3 inci.
10.  paking dilakuka setelah benih ikan digrading.



5.2 Saran        
Saran saya  untuk kedepannya supaya kegitan praktikum pembenihan dapat dilakukan paling lambat satu priode dari pemijahan sampai panen benih sehingga mahasiswa mendapatkan pengetahuan tidak setengah setengah.

     






DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I.  2004.  Pengantar Akuakultur .  Penebar Swadaya.  Jakarta
Khairuman  dan Khairul Amri. 2002.  Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.  Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Lukito, AM.  2002.  Lele Ikan Berkumis Paling Populer.  Agromedia. Jakarta.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo Di Pekarangan. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Suyanto, R. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar. Swadaya. Jakarta

Komentar

Postingan Populer