fisiologi ikan nila dan gabus
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perikanan merupakan suatu bidang
ilmu yang terus berubah-ubah dan berkembang, Sebagai ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemiaraan, dan
pembudidayaan ikan. Pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan
oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.
Fisiologi ikan dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat hidup (organ,
jaringan, atau sel) dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh
proses kehidupan ikan. Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena
memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu,
linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu
bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat
berpengaruh terhadap kestabilan tubuh.
PH dan suhu air mempunyai arti yang cukup
penting untuk mendeteksi produktifitas kolam . PH air basa, dapat mendorong
proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral – mineral yang
dapat diasimilasikan oleh tumbuh tumbuhan ( garam amonia dan nitrat ). Suhu air
pada lingkungan hidup ikan disebut juga dengan homeostasis. Perubahan suhu yang
kecil menyebabkan rendahnya metabolisme ikan maka kebutuhan energi untuk
aktifitas ikan juga rendah. Suhu berperan penting terhadap adaptasi fisiologi.
Penyesuaian fungsi alat – alat tubuh
terhadap keadaan lingkungan yang kemudian menyangkutkan operculum sebagai salah
satu organ tubuh yang ikut berperan dalam adaptasi fisiologi. Operculum ikan
yang membuka dan menutup sangat bergantung terhadap suhu air sebagai media
hidup ikan.
1.2. Tujuan praktikum
Tujuan
dari praktikum ini yaitu sebagai berikut ;
·
Untuk mengenali tingkah
laku ikan dan keseimbangan tubuh ikan supaya dapat bermanfaat bagi perkembangan
usaha budidaya ikan.
·
Untuk mengetahui
perubahan suhu dingin media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
·
Mengetahui perubahan
keadaan masing-masing ikan nila yang diletakkan dalam suasana asam dan basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan yang meliputi aktifitas dan
metabolisme pada berbagai suhu rendah telah dilakukan . dasar dalam
pengembangan teknik transportasi ikan dengan memberikan perlakuan suhu dingin.
perubahan suhu yang kecil mengakibatkan rendahnya metabolisme ikan maka
keebutuhan energi untuk aktivitas ikan juga akan rendah . ini berarti perombakan
ATP menjadi ADP , dan IMP untuk
menghasilkan energi juga sangat rendah sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk
merombak atp untuk menghasilkan energi juga sangat rendah ( Muchlisin , 2015 )
.
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling
ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14oC – 38 oC,
atau suhu optimal 25oC – 30oC. Keadaan suhu yang rendah
yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas
30oC akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi
tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu
yang mematikan ikan nila berturut-turut adalah 11-12oC dan 42oC
(Rukmana, 1997).
Suhu pada air mempengaruhi kecepatan
reaksi kimia, baik dalam media luar maupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Suhu
makin naik maka reaksi kimia akan makin cepat, sedangkan konsentrasi gas dalam
air akan makin turun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi
toleran atau tidak toleran (sakit sampai mati). Ikan merupakan binatang
berdarah dingin, sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu
lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang
berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem metabolism. Konsumsi
oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan atau kekacauan
sehingga ikan akan sakit. Suhu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan
tubuh) ikan, sedangkan suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi
bakteri. Pengaruh aklimatisasi atau adaptasi dapat ditoleransi oleh ikan
tertentu. Penurunan atau kenaikan suhu yang terjadi perlahan-lahan tidak akan
terlalu membahayakan ikan. Sementara perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
akan membuat ikan stress. Akibatnya, ikan menjadi stres, tidak ada keseimbangan
dan menurun sistem sarafnya (Lesmana, 2002).
Nilai PH yang rendah mengindifikasikan
bahwa perairan asam, sedangkan PH yang tinggi mengindifikasikan bahwa perairan basa. Kedua kondisi ini tidak
baik untuk kegiatan budidaya. Perubahan PH secara mendadak ditandai dengan
berenangnya ikan sangat cepat. Bila terjadi penurunan PH secara terus menerus,
akan keluar lendir yang berlebihan atau iritasi kulit sehingga ikan mudah
diserang penyakit. Kondisi yang baik untuk ukuran keasaman perairan budidaya
berada pada kisaran PH 6 – 8 ( Odum, 1993).
Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat
ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam
keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan
di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha
pembesaran (Rukmana, 1997).
Setiap jenis ikan memiliki kemampuan
toleransi yang berbeda terhadap pH. Bahkan, ikan dewasa akan lebih baik
toleransinya terhadap pH dibanding ikan ukuran lebih kecil, larva, ataupun
telur. Selain itu, setiap jenis ikan memiliki nilai pH optimal tergantung asal
atau habitat aslinya. Pada lingkungan yang berubah terlalu asam atau tidak
tertoleransi di bawah 5,5 atau terlalu alkali atau di atas 8,0 maka akan
terjadi reaksi di dalam tubuh ikan sehingga mempengaruhi perilakunya. Perubahan
pH secara mendadak akan menyebabkan ikan meloncat-loncat atau berenang sangat
cepat dan tampak seperti kekurangan oksigen hingga mati mendadak. Sementara
perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir keluar berlebihan, kulit
menjadi keputiihan dan mudah terkena bakteri (Lesmana, 2002).
Linea lateralis merupakan salah satu
bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap
di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai
pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang
berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang
menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf (Afandi, 1992).
Sirip pada ikan berperan sangat penting
dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D),
sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima
sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut,
sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki
secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak
lengkap ( Saanin, 1984).
Ikan memiliki sejumlah sirip, sirip yang
berpasangan adalah untuk gerak maju mundur misalnya sirip dada dan sirip perut.
Sirip tunggal adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip
belakang. Dimana sirip belakang terdapat
lubang anus. Di sisi tubuh ikan
memanjang ke belakang terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut
terdapat ujung-ujung saraf neromas (Mahardono, 1979).
BAB III
METODOLOGI
1.1 Waktu
dan Tempat
Waktu dan tempat pada saat pelaksanaan
praktikum yang berjudaul “ Dinamika dan keseimbangan tubuh ikan , Kajian suhu
dingin terhadap perubahan fisiologis ikan dan Kondisi lingkungan asam dan basa
” yaitu pada pukul 09.00 s/d 14.00 wib di laboratorium biologi
Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala.
3.2 Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama
praktikum Dinamika dan keseimbangan tubuh ikan , Kajian suhu dingin terhadap
perubahan fisiologis ikan dan Kondisi lingkungan asam dan basa yaitu:
Tabel 3.2.1. Alat dan bahan
No
|
Alat dan bahan
|
jumlah
|
1
|
Akuarium
|
2 unit
|
2
|
Gunting
|
1 unit
|
3
|
Ikan nila 3-5 bulan
|
8 ekor
|
4
|
Ikan gabus 3-5 bulan
|
2 ekor
|
5
|
Wadah plastik
|
2 unit
|
6
|
Tempat penyimpanan es batu
|
1 unit
|
7
|
Palu
|
1 unit
|
8
|
Air
|
±100 liter
|
9
|
Es batu
|
20 bungkus
|
10
|
Kertas pH indikator
|
Secukupnya
|
11
|
Detergen
|
± 500 gram
|
12
|
Asam cuka
|
1 botol
|
13
|
Thermometer
|
1 unit
|
3.2
Cara Kerja
Cara
kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
3.2.1
Kondisi Lingkungan Asam
dan Basa
Prosedur
pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Ikan yang akan di
jadikan sampel praktikum diaklitimasi terlebih dahulu pada wadah akuarium yang
telah di isi air yang bersih.
-
Selanjutnya di siapkan
tiga akuarium untuk di bagi masing-masing yaitu satu akuarium untuk pH air
asam, satu akuarium untuk perlakuan dan satu akuarium untuk pH normal.
-
Dengan menggunakan pH
meter ukur pH air masing-masing akuarium. Diberi asam cuka sedikit demi sedikit
sampai kadar pH sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Untuk mengatur pH basa
berikan perlakuan penambahan deterjen sedikit demi sedikit sampai kadar pH basa
sesuai dengan yang diinginkan.
-
Perlakuan lingkungan
akuarium yang bersifat pH asam di atur dengan pemberian asam cuka sampai pH
air mencapai pH 6, pH 5 dan pH 4.
-
Pengamatan dilakukan
secara bertahap dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu
catat hasilnya.
-
Perlakuan lingkungan
akuarium yang bersifat pH basa di atur dengan pemberian deterjen sampai pH
air mencapai pH 8, pH 9, pH 10.
-
Pengamatan dilakukan
secara bertahap dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu
catat hasilnya.
3.2.2
Kajian Suhu Terhadap
Fisiologis Ikan
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Diaklimitas 3 ekor ikan
dari wadah plastic, dimasukan ke dalam salah satu wadah yang telah diberi air.
-
Di masukan air ke dalam
wadah secukupnya, lalu di ukur suhunya dengan thermometer dengan dimasukan
bongkahan es sesuai dengan suhu perlakuan.
-
Pemantauan akan
dilakukan tiga perlakuan dan satu control, yaitu:
a. Suhu
kamar (kontrol)
b. Suhu
diturunkan 3
c. Suhu
diturunkan 6
d. Suhu
diturunkan 9
-
Ketiga ikan yang
diamati dimasukan ke dalam wadah toples yang sudah di beri perlakuan(perlakuan
3.a/kontrol) selanjutnya hitung aktifitas membuka dan menutup operculum ikan
tersebut selama satu menit dengan menggunakan stopwatch sebagai petunjuk waktu
lalu diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh
dicata pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
-
Setelah itu dilanjutkan
dengan perlakuan berikutnya sampai ketiga tersebut teramati. Ikan yang telah
diamati diletakan ke dalam wadah plastik lain.
-
Dilanjutkan dengan
perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah diturunkan Suhu diturunkan 3 dengan suhu yang diinginkan menggunakan es
batu. Perlakuan dan pengamatan sama sepereti pada prosedur nomor 5.
-
Perlakuan 3.c dan 3.b
(suhu Suhu diturunkan 6 dan suhu 6),
dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan
menggunakan es batu. Perlakuan dan pengamatan sama seperti prosedur no 4 dan no
5.
-
Data hasil pengamatan
dimasukan ke dalam table yang telah disediakan.
3.2.3
Dinamika dan
Kesembangan Tubuh Ikan
Prosedur
pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Pertama-tama di siapkan
wadah dan di isi dengan air dan di siapkan ikan sebagai bahan praktek.
-
Percobaan pertama
diletakan ikan normal ke dalam wadah dan di amati gerakannya dan di catat hasil
pengamatannya.
-
Percobaan kedua di
masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip dorsalnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan ketiga di
masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip pectoralnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan keempat di
masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip ventralnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan kelima di
masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip analnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan keenam di
masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip caudalnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan ketujuh di
masukan ikan kedalam wadah dengan memotong seluruh siripnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan kedelapan di
masukan ikan kedalam wadah dengan di cabutin seluruh sisiknya, kemudian di
amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan ke sembilan
di masukan ikan kedalam wadah dengan merusak sisik linea lateralisnya, kemudian
di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum
dinamika dan keseimbangan tubuh ikan yaitu sebagai berikut .
Tabel
4.1.1. Tabel
hasil dinamika dan keseimbangan tubuh ikan.
Pemotongan sirip
|
Ciri-ciri/ Tingkah laku ikan
|
Normal
|
Aktif dan seimbang
|
Dorsal
|
Gerakan seimbang tetapi kurang
aktif
|
Pectoral
|
Masih seimbang, gerakan kurang
aktif, akan tetapi berenang sudah mulai tidak beraturan
|
Ventral
|
Gerakan tidak seimbang, kurang
aktif
|
Anal
|
Mulai mendekati dinding wadah,
berenang sudah tidak beraturan
|
Caudal
|
Pergerakan makin tidak beraturan
|
Semua sirip
|
Pergerakan tidak beraturan
|
Sisik
|
Tidak seimbang, berat sebelah dan
sulit berenang
|
Linea lateralis dirusak
|
Bergerak tidak seimbang dan tidak
menentu laju geraknya
|
Tabel 4.1.2. Hasil kajian suhu
terhadap fisiologi ikan
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata Rata
|
Tingkah Laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
29OC
|
1
|
150
|
150
|
150
|
150
|
Aktif
|
Baik
|
2
|
239
|
239
|
239
|
239
|
Aktif
|
Baik
|
|
3
|
131
|
131
|
131
|
131
|
Aktif
|
Baik
|
|
26OC
|
1
|
112
|
117
|
80
|
103
|
Tenang
|
Baik
|
2
|
116
|
100
|
99
|
105
|
Tenang
|
Baik
|
|
3
|
113
|
90
|
96
|
99,6
|
Tenang
|
Baik
|
|
23OC
|
1
|
100
|
92
|
87
|
93
|
Tenang
|
Baik
|
2
|
100
|
96
|
104
|
100
|
Tenang
|
Baik
|
|
3
|
100
|
83
|
80
|
87,6
|
Tenang
|
Baik
|
|
20OC
|
1
|
76
|
75
|
74
|
75
|
Normal
|
Baik
|
2
|
77
|
79
|
74
|
76,6
|
Normal
|
Baik
|
|
3
|
88
|
85
|
75
|
82,7
|
Normal
|
Baik
|
Tabel 4.1.3. Hasil kondisi
lingkungan asam dan basa
Jenis ikan
|
waktu
|
Gerakan operkulum pH asam
|
Gerakan operkulum pH basa
|
||||
pH 6
|
pH5
|
pH4
|
pH8
|
pH9
|
pH10
|
||
Ikan nila
|
5
|
330
|
189
|
222
|
72
|
72
|
4
|
10
|
688
|
378
|
357
|
136
|
119
|
6
|
|
15
|
983
|
484
|
644
|
203
|
157
|
12
|
|
Ikan gabus
|
2
|
139
|
67
|
50
|
12
|
2
|
1
|
4
|
283
|
92
|
80
|
21
|
4
|
1
|
|
6
|
381
|
107
|
95
|
31
|
5
|
3
|
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan dinamika dan
keseimbangan tubuh ikan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat
dilihat bahwa ikan nila pada kondisi normal ikan bergerak dengan stabil dan
aktif. Hal ini disebabkan kerena siripnya masih lengkap. Sirip sirip ikan ini
mempunyai fungsi masing – masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan .
Pemotongan sirip dorsal
mengakibatkan pergerakan ikan kurang aktif, hal ini dikarenakan sirip dorsal
berfungsi sebagai organ pelurus gerak pada ikan. Selanjutnya pemotongan sirip
pectoral mengakibatkan pergerakan ikan sudah mulai tidak beraturan hal ini
disebabkan karna fungsi dari sirip pectoral yaitu sebagai alat perenang dan
penyeimbang tubuh ikan. Pada pemotongan sirip ventral mengakibatkan pergerakan
tidak seimbang dan tidak aktif hal ini dikarenakan fungsi dari sirip ventral
yaitu membantu menstabilkan ikan saat berenang dan menetapkan posisi ikan. Pada
pemotongan sirip anal, ikan berenang sudah mulai mendekati dinding aquarium dan
berenang semakin tidak beraturan, hal ini disebabkan karna fungsi dari sirip
anal yaitu membantu dalam stabilitas berenang ikan. Pada pemotongan sirip
caudal, pergerakan ikan makin tidak beraturan dan tidak seimbang hai ini
dikarenankan fungsi sirip caudal yaitu sebagai kemudi atau pendorong utama
untuk melaju didalam air. Bila semua sirip dipotong maka pergerakan ikan makin
tidak beraturan, hal ini disebabkan karena alat untuk menjaga keseimbangan pada
saat berenang sudah hilang . jika sisik ikan dihilangkan maka akan terjadi
pergerakan ikan yang tidak seimbang, berenang berat sebelah. Hal ini
dikarenakan sisik merupakan salah satu organ keseimbangan dari tubuh ikan. Pada
saat linea lateralis dirusak maka yang terjadi yaitu laju gerak ikan tidak
menentu hal ini dikarenakan linea lateralis sebagai organ sensor bagi ikan yang
dapat mendeteksi perubahan gelombang air, dan juga berfungsi sebagai
pengidentifikasi lingkungan disekitarnya.
4.2.2. Pembahasan kajian suhu
dingin terhadap perubahan fisiologi ikan
Hasil dari praktikum kajian suhu dingin terhadap
perubahan fisiologi ikan menjelaskan bahwa dengan suhu yang paling dingin 20 o
C. Pada ikan pertama melakukan gerakan
buka tutup overculum sebanyak 76 kali pada pengulangan satu 75 pengulangan dua
74 pada pengulangan tiga. Pada ikan kedua buka tutup overculum sebanyak 77 pada
pengulangan satu 79 pengulangan dua dan 74 pada pengulangan ke tiga. Pada ikan
ketiga diperoleh hasil buka tutup
overculum sebanyak 88 kali pada pengulangan satu, 85 pada pengulangan dua dan
75 pada pengulangan ke tiga. Pada suhu dingin, ikan tidak banyak melakukan
gerakan buka tutup overculum, hal ini disebabkan karena pada suhu dingin
rendahnya metabolisme ikan maka kebutuhan energi untuk aktifitas ikan juga akan
rendah, dan juga kadar oksigen yang terkandung dalam darah ikan tidak turun
secra drastis sehingga ikan mampu hidup lebih lama.
4.2.3. Pembahasan kondisi
lingkungan asam dan basa
Hasil dari praktikum ini
terdapat perbedaan antara ikan nila dengan ikan gabus. Perbedaannya yaitu dari
segi ketahanan kedua ikan terhadap zona asam basa. Ikan gabus dengan toleransi
PH asam ( 6 – 4 ) yang dilihat dari bukaan overculum ikan gabus semakin lama
semakin menurun pada menit ke 2, 4 dan 6 ( 139, 67, dan 50 ) (283, 92, dan 80 )
( 381, 107, dan 95 ) sedangkan pada toleransi PH basa bukaan overculum ikan
gabus semakin lambat yaitu (31, 5, dan 3
) pada menit ke 6 ( 21, 4, dan 1 ) pada menit ke 4 ( 12, 2, 1 ) pada menit ke
2. Hal ini dikarenakan ikan gabus mempunyai alat bantu pernafasan tambahan, dan
juga disebabkan karena pada larutan asam dan basa mengandung zat – zat kimia
yang dapat menimbulkan perubahan morfologi sehingga menimbulkan stress dan
kematian yang mendadak.
Perubahan yang terjadi pada
ikan nila menurut pengamatan pembukaan overculum sama seperti yang terjadi pada
ikan gabus yaitu terjadi penurunan, dapat dilihat pada hasil pengamatan
lingkungan asam basa. Semakin tinggi kadar asam dan basa dalam lingkungan
perairan maka batas toleransi pada ikan semakin rendah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan
diatas adalah sebagai berikut:
1.
Sirip – sirip ikan
mempunyai fungsi masing – masing dalam menjaga keseimbangan tubuh.
2.
Sisik merupakan
salah satu organ keseimbangan bagi tubuh ikan.
3.
Linea lateralis
pengindentifikasi lingkungan sekitar dan sebagai organ sensor perubahan
gelombang air.
4.
Jika salah satu
dari organ keseimbangan tubuh ikan rusak maka pergerakan ikan tidak sempurna.
5.
Perubahan suhu yang
kecil menyebabkan rendahnya metabolisme ikan maka kebutuhan energi untuk ikan
juga rendah.
6.
Semakin tinggi
nilai kandungan asam dan basa pada perairan maka batas toleransi pada ikan
semakin rendah.
5.2 Saran
Setelah praktikum
adanya penjelesan dari asisten pada setiap percobaan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, 1992. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB,
Bogor.
Lesmana Darti S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Mahardono, 1979. Anatomi
Ikan. PT Intermasa, Jakarta.
Muchlisin, 2015. Penuntun praktikumFisiologi organisme
aquatik . Banda aceh. Universitas syiah kuala.
Rukmana R.1997. Ikan
Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis.
Kanisius. Yogyakarta.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid II. Bina cipta.
Bandung.
Komentar
Posting Komentar