fisiologi ikan nila dan gabus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah-ubah dan berkembang, Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemiaraan, dan pembudidayaan ikan. Pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.
Fisiologi ikan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat hidup (organ, jaringan, atau sel) dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu, linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tubuh.
 PH dan suhu air mempunyai arti yang cukup penting untuk mendeteksi produktifitas kolam . PH air basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral – mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuh tumbuhan ( garam amonia dan nitrat ). Suhu air pada lingkungan hidup ikan disebut juga dengan homeostasis. Perubahan suhu yang kecil menyebabkan rendahnya metabolisme ikan maka kebutuhan energi untuk aktifitas ikan juga rendah. Suhu berperan penting terhadap adaptasi fisiologi. Penyesuaian fungsi  alat – alat tubuh terhadap keadaan lingkungan yang kemudian menyangkutkan operculum sebagai salah satu organ tubuh yang ikut berperan dalam adaptasi fisiologi. Operculum ikan yang membuka dan menutup sangat bergantung terhadap suhu air sebagai media hidup ikan.
1.2. Tujuan praktikum
            Tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut ;
·         Untuk mengenali tingkah laku ikan dan keseimbangan tubuh ikan supaya dapat bermanfaat bagi perkembangan usaha budidaya ikan.
·         Untuk mengetahui perubahan suhu dingin media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
·         Mengetahui perubahan keadaan masing-masing ikan nila yang diletakkan dalam suasana asam dan basa.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan yang meliputi aktifitas dan metabolisme pada berbagai suhu rendah telah dilakukan . dasar dalam pengembangan teknik transportasi ikan dengan memberikan perlakuan suhu dingin. perubahan suhu yang kecil mengakibatkan rendahnya metabolisme ikan maka keebutuhan energi untuk aktivitas ikan juga akan rendah . ini berarti perombakan ATP  menjadi ADP , dan IMP untuk menghasilkan energi juga sangat rendah sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk merombak atp untuk menghasilkan energi juga sangat rendah ( Muchlisin , 2015 ) .
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14oC – 38 oC, atau suhu optimal 25oC – 30oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30oC akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu yang mematikan ikan nila berturut-turut adalah 11-12oC dan 42oC (Rukmana, 1997).
Suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar maupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Suhu makin naik maka reaksi kimia akan makin cepat, sedangkan konsentrasi gas dalam air akan makin turun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran atau tidak toleran (sakit sampai mati). Ikan merupakan binatang berdarah dingin, sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem metabolism. Konsumsi oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan atau kekacauan sehingga ikan akan sakit. Suhu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan, sedangkan suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri. Pengaruh aklimatisasi atau adaptasi dapat ditoleransi oleh ikan tertentu. Penurunan atau kenaikan suhu yang terjadi perlahan-lahan tidak akan terlalu membahayakan ikan. Sementara perubahan yang terjadi secara tiba-tiba akan membuat ikan stress. Akibatnya, ikan menjadi stres, tidak ada keseimbangan dan menurun sistem sarafnya (Lesmana, 2002).
Nilai PH yang rendah mengindifikasikan bahwa perairan asam, sedangkan PH yang tinggi mengindifikasikan  bahwa perairan basa. Kedua kondisi ini tidak baik untuk kegiatan budidaya. Perubahan PH secara mendadak ditandai dengan berenangnya ikan sangat cepat. Bila terjadi penurunan PH secara terus menerus, akan keluar lendir yang berlebihan atau iritasi kulit sehingga ikan mudah diserang penyakit. Kondisi yang baik untuk ukuran keasaman perairan budidaya berada pada kisaran PH 6 – 8 ( Odum, 1993).
Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Rukmana, 1997).
Setiap jenis ikan memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap pH. Bahkan, ikan dewasa akan lebih baik toleransinya terhadap pH dibanding ikan ukuran lebih kecil, larva, ataupun telur. Selain itu, setiap jenis ikan memiliki nilai pH optimal tergantung asal atau habitat aslinya. Pada lingkungan yang berubah terlalu asam atau tidak tertoleransi di bawah 5,5 atau terlalu alkali atau di atas 8,0 maka akan terjadi reaksi di dalam tubuh ikan sehingga mempengaruhi perilakunya. Perubahan pH secara mendadak akan menyebabkan ikan meloncat-loncat atau berenang sangat cepat dan tampak seperti kekurangan oksigen hingga mati mendadak. Sementara perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir keluar berlebihan, kulit menjadi keputiihan dan mudah terkena bakteri (Lesmana, 2002).
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf (Afandi, 1992).
Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap      ( Saanin, 1984).
Ikan memiliki sejumlah sirip, sirip yang berpasangan adalah untuk gerak maju mundur misalnya sirip dada dan sirip perut. Sirip tunggal adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip belakang.  Dimana sirip belakang terdapat lubang anus.  Di sisi tubuh ikan memanjang ke belakang terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut terdapat ujung-ujung saraf neromas (Mahardono, 1979).


BAB III
METODOLOGI
1.1  Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pada saat pelaksanaan praktikum yang berjudaul “ Dinamika dan keseimbangan tubuh ikan , Kajian suhu dingin terhadap perubahan fisiologis ikan dan Kondisi lingkungan asam dan basa ”  yaitu pada pukul 09.00  s/d 14.00 wib di laboratorium biologi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala.
3.2  Alat dan Bahan 
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum Dinamika dan keseimbangan tubuh ikan , Kajian suhu dingin terhadap perubahan fisiologis ikan dan Kondisi lingkungan asam dan basa yaitu:
Tabel 3.2.1. Alat dan bahan
No
Alat dan bahan
jumlah
1
Akuarium
2 unit
2
Gunting
1 unit
3
Ikan nila  3-5 bulan
8 ekor
4
Ikan gabus 3-5 bulan
2 ekor
5
Wadah plastik
2 unit
6
Tempat penyimpanan es batu
1 unit
7
Palu
1 unit
8
Air
±100 liter
9
Es batu
20 bungkus
10
Kertas pH indikator
Secukupnya
11
Detergen
± 500 gram
12
Asam cuka
1 botol
13
Thermometer
1 unit

3.2        Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
3.2.1        Kondisi Lingkungan Asam dan Basa
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Ikan yang akan di jadikan sampel praktikum diaklitimasi terlebih dahulu pada wadah akuarium yang telah di isi air yang bersih.
-          Selanjutnya di siapkan tiga akuarium untuk di bagi masing-masing yaitu satu akuarium untuk pH air asam, satu akuarium untuk perlakuan dan satu akuarium untuk pH normal.
-          Dengan menggunakan pH meter ukur pH air masing-masing akuarium. Diberi asam cuka sedikit demi sedikit sampai kadar pH sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Untuk mengatur pH basa berikan perlakuan penambahan deterjen sedikit demi sedikit sampai kadar pH basa sesuai dengan yang diinginkan.
-          Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH asam di atur dengan pemberian asam cuka sampai pH air  mencapai pH 6, pH 5 dan pH 4.
-          Pengamatan dilakukan secara bertahap dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu catat hasilnya.
-          Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH basa di atur dengan pemberian deterjen sampai pH air  mencapai pH 8, pH 9, pH 10.
-          Pengamatan dilakukan secara bertahap dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu catat hasilnya.

3.2.2        Kajian Suhu Terhadap Fisiologis Ikan
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Diaklimitas 3 ekor ikan dari wadah plastic, dimasukan ke dalam salah satu wadah yang telah diberi air.
-          Di masukan air ke dalam wadah secukupnya, lalu di ukur suhunya dengan thermometer dengan dimasukan bongkahan es sesuai dengan suhu perlakuan.
-          Pemantauan akan dilakukan tiga perlakuan dan satu control, yaitu:
a.       Suhu kamar (kontrol)
b.      Suhu diturunkan 3
c.       Suhu diturunkan 6
d.      Suhu diturunkan 9
-          Ketiga ikan yang diamati dimasukan ke dalam wadah toples yang sudah di beri perlakuan(perlakuan 3.a/kontrol) selanjutnya hitung aktifitas membuka dan menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan stopwatch sebagai petunjuk waktu lalu diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicata pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
-          Setelah itu dilanjutkan dengan perlakuan berikutnya sampai ketiga tersebut teramati. Ikan yang telah diamati diletakan ke dalam wadah plastik lain.
-          Dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah diturunkan Suhu diturunkan 3 dengan suhu yang diinginkan menggunakan es batu. Perlakuan dan pengamatan sama sepereti pada prosedur nomor 5.
-          Perlakuan 3.c dan 3.b (suhu Suhu diturunkan 6 dan suhu 6), dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan menggunakan es batu. Perlakuan dan pengamatan sama seperti prosedur no 4 dan no 5.
-          Data hasil pengamatan dimasukan ke dalam table yang telah disediakan.
3.2.3        Dinamika dan Kesembangan Tubuh Ikan
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Pertama-tama di siapkan wadah dan di isi dengan air dan di siapkan ikan sebagai bahan praktek.
-          Percobaan pertama diletakan ikan normal ke dalam wadah dan di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan kedua di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip dorsalnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan ketiga di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip pectoralnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan keempat di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip ventralnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan kelima di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip analnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan keenam di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip caudalnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan ketujuh di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong seluruh siripnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan kedelapan di masukan ikan kedalam wadah dengan di cabutin seluruh sisiknya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan ke sembilan di masukan ikan kedalam wadah dengan merusak sisik linea lateralisnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
            Hasil pengamatan pada praktikum dinamika dan keseimbangan tubuh ikan yaitu sebagai berikut .
            Tabel 4.1.1.  Tabel hasil dinamika dan keseimbangan tubuh ikan.
Pemotongan sirip
Ciri-ciri/ Tingkah laku ikan
Normal
Aktif dan seimbang
Dorsal
Gerakan seimbang tetapi kurang aktif
Pectoral
Masih seimbang, gerakan kurang aktif, akan tetapi berenang sudah mulai tidak beraturan
Ventral
Gerakan tidak seimbang, kurang aktif
Anal
Mulai mendekati dinding wadah, berenang sudah tidak beraturan
Caudal
Pergerakan makin tidak beraturan
Semua sirip
Pergerakan tidak beraturan
Sisik
Tidak seimbang, berat sebelah dan sulit berenang
Linea lateralis dirusak
Bergerak tidak seimbang dan tidak menentu laju geraknya




Tabel 4.1.2. Hasil kajian suhu terhadap fisiologi ikan
Suhu
Ikan
Ulangan
Rata Rata
Tingkah Laku
Kondisi Fisik
I
II
III
29OC
1
150
150
150
150
Aktif
Baik
2
239
239
239
239
Aktif
Baik
3
131
131
131
131
Aktif
Baik
26OC
1
112
117
80
103
Tenang
Baik
2
116
100
99
105
Tenang
Baik
3
113
90
96
99,6
Tenang
Baik
23OC
1
100
92
87
93
Tenang
Baik
2
100
96
104
100
Tenang
Baik
3
100
83
80
87,6
Tenang
Baik
20OC
1
76
75
74
75
Normal
Baik
2
77
79
74
76,6
Normal
Baik
3
88
85
75
82,7
Normal
Baik






Tabel 4.1.3. Hasil kondisi lingkungan asam dan basa
Jenis ikan
waktu
Gerakan operkulum pH asam
Gerakan operkulum pH basa
pH 6
pH5
pH4
pH8
pH9
pH10
Ikan nila
5
330
189
222
 72
72
4
10
688
378
357
 136
119
6
15
983
484
644
 203
157
12
Ikan gabus
2
139
67
50
12
2
1
4
283
92
80
21
4
1
6
381
107
95
31
5
3


4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan dinamika dan keseimbangan tubuh ikan
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa ikan nila pada kondisi normal ikan bergerak dengan stabil dan aktif. Hal ini disebabkan kerena siripnya masih lengkap. Sirip sirip ikan ini mempunyai fungsi masing – masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan .
Pemotongan sirip dorsal mengakibatkan pergerakan ikan kurang aktif, hal ini dikarenakan sirip dorsal berfungsi sebagai organ pelurus gerak pada ikan. Selanjutnya pemotongan sirip pectoral mengakibatkan pergerakan ikan sudah mulai tidak beraturan hal ini disebabkan karna fungsi dari sirip pectoral yaitu sebagai alat perenang dan penyeimbang tubuh ikan. Pada pemotongan sirip ventral mengakibatkan pergerakan tidak seimbang dan tidak aktif hal ini dikarenakan fungsi dari sirip ventral yaitu membantu menstabilkan ikan saat berenang dan menetapkan posisi ikan. Pada pemotongan sirip anal, ikan berenang sudah mulai mendekati dinding aquarium dan berenang semakin tidak beraturan, hal ini disebabkan karna fungsi dari sirip anal yaitu membantu dalam stabilitas berenang ikan. Pada pemotongan sirip caudal, pergerakan ikan makin tidak beraturan dan tidak seimbang hai ini dikarenankan fungsi sirip caudal yaitu sebagai kemudi atau pendorong utama untuk melaju didalam air. Bila semua sirip dipotong maka pergerakan ikan makin tidak beraturan, hal ini disebabkan karena alat untuk menjaga keseimbangan pada saat berenang sudah hilang . jika sisik ikan dihilangkan maka akan terjadi pergerakan ikan yang tidak seimbang, berenang berat sebelah. Hal ini dikarenakan sisik merupakan salah satu organ keseimbangan dari tubuh ikan. Pada saat linea lateralis dirusak maka yang terjadi yaitu laju gerak ikan tidak menentu hal ini dikarenakan linea lateralis sebagai organ sensor bagi ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air, dan juga berfungsi sebagai pengidentifikasi lingkungan disekitarnya.
4.2.2. Pembahasan kajian suhu dingin terhadap perubahan fisiologi ikan
            Hasil dari praktikum kajian suhu dingin terhadap perubahan fisiologi ikan menjelaskan bahwa dengan suhu yang paling dingin 20 o C. Pada ikan pertama  melakukan gerakan buka tutup overculum sebanyak 76 kali pada pengulangan satu 75 pengulangan dua 74 pada pengulangan tiga. Pada ikan kedua buka tutup overculum sebanyak 77 pada pengulangan satu 79 pengulangan dua dan 74 pada pengulangan ke tiga. Pada ikan ketiga  diperoleh hasil buka tutup overculum sebanyak 88 kali pada pengulangan satu, 85 pada pengulangan dua dan 75 pada pengulangan ke tiga. Pada suhu dingin, ikan tidak banyak melakukan gerakan buka tutup overculum, hal ini disebabkan karena pada suhu dingin rendahnya metabolisme ikan maka kebutuhan energi untuk aktifitas ikan juga akan rendah, dan juga kadar oksigen yang terkandung dalam darah ikan tidak turun secra drastis sehingga ikan mampu hidup lebih lama.
4.2.3. Pembahasan kondisi lingkungan asam dan basa
Hasil dari praktikum ini terdapat perbedaan antara ikan nila dengan ikan gabus. Perbedaannya yaitu dari segi ketahanan kedua ikan terhadap zona asam basa. Ikan gabus dengan toleransi PH asam ( 6 – 4 ) yang dilihat dari bukaan overculum ikan gabus semakin lama semakin menurun pada menit ke 2, 4 dan 6 ( 139, 67, dan 50 ) (283, 92, dan 80 ) ( 381, 107, dan 95 ) sedangkan pada toleransi PH basa bukaan overculum ikan gabus semakin lambat  yaitu (31, 5, dan 3 ) pada menit ke 6 ( 21, 4, dan 1 ) pada menit ke 4 ( 12, 2, 1 ) pada menit ke 2. Hal ini dikarenakan ikan gabus mempunyai alat bantu pernafasan tambahan, dan juga disebabkan karena pada larutan asam dan basa mengandung zat – zat kimia yang dapat menimbulkan perubahan morfologi sehingga menimbulkan stress dan kematian yang mendadak.
Perubahan yang terjadi pada ikan nila menurut pengamatan pembukaan overculum sama seperti yang terjadi pada ikan gabus yaitu terjadi penurunan, dapat dilihat pada hasil pengamatan lingkungan asam basa. Semakin tinggi kadar asam dan basa dalam lingkungan perairan maka batas toleransi pada ikan semakin rendah.



BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
1.      Sirip – sirip ikan mempunyai fungsi masing – masing dalam menjaga keseimbangan tubuh.
2.      Sisik merupakan salah satu organ keseimbangan bagi tubuh ikan.
3.      Linea lateralis pengindentifikasi lingkungan sekitar dan sebagai organ sensor perubahan gelombang air.
4.      Jika salah satu dari organ keseimbangan tubuh ikan rusak maka pergerakan ikan tidak sempurna.
5.      Perubahan suhu yang kecil menyebabkan rendahnya metabolisme ikan maka kebutuhan energi untuk ikan juga rendah.
6.      Semakin tinggi nilai kandungan asam dan basa pada perairan maka batas toleransi pada ikan semakin rendah.

5.2 Saran
Setelah praktikum adanya penjelesan dari asisten pada setiap percobaan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, 1992. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Lesmana Darti S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mahardono, 1979.  Anatomi Ikan.  PT Intermasa, Jakarta.
Muchlisin, 2015. Penuntun praktikumFisiologi organisme aquatik . Banda aceh. Universitas syiah kuala.

Rukmana R.1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid II. Bina cipta. Bandung.

Komentar

Postingan Populer