laporan pembenihan udang galah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Udang galah merupakan komoditas air tawar yang mempunyai prospek pasar yang cerah dimasa  yang akan datang karena berbagai alasan yang sangat masuk akal. Diantaranya alasan tersebut adalah udang galah tidak rentan terhadap serangan penyakit yang kini merebak dikalangan pembudidaya udang, cara pembudidayaan relative alami (tidak menggunakan obat-obatan) sehingga tidak menghalangi kepada peluang ekspor, cara pembudidayaan  relative mudah dan berbagai keunggulan lainnya pada udang galah baik  secara teknis maupun non teknis.
         Prospek pengembagan  budidaya diperkirakan lebih baik dari pda ikan konsumsi dan jenis udang lainnya. Presiksi tersebut dilandasi oleh alasan semakin tingginya tingkat konsumi ikan (termasuk udang) per kapita per tahun penduduk dunia. Menurut FAO, sampai tahun 2010, pasar dunia masih kekurangan pasokan ikan (termasuk udang) sebesar 2 juta ton/tahun. Pasokan ikan itu tidak mungkin hanya dicukupi hasih dari tangkapan dari alam, salah satunya jalan keluarnya bisa mengandalkan hasil budidaya. Dengan banyaknya usaha pembesaran menyebabkan kebutuhan benih udang galah meningkat, sehingga usaha pembenihann mempunyai prospek pasar  yang cerah.
Pengembangan budidaya udang galah di Indonesia meliputi semua lahan budidaya (kecuali laut), kolam, sawah (minapadi atau palawija) hingga tambak air payau. Potensi dan peluang pemanfaatan lokasi budidaya ikan secara keseluruhan (termasuk udang galah ). Sementara itu, total keseluruhan budidaya udang galah yang dilakukan di kolam air tawar di Indonesia tercatat seluas 500 Ha.
Udang galah ( Macrobrachium rosenbergiide Man ) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Permintaan pasarnya pun semakin meningkat, sedangkan penangkapan udang galah di alam semakin sulit. Sehingga perlu dikembangkan usaha pembudidayaannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan benih dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan pembenihan.
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui cara pembenihan udang galah.



BAB II
ISI
Sebagaimana jenis hewan lain yang termasuk dalam famili Palamonidae, udang galah mempunyai badan yang terdiri atas bagian kepala dan dada (cephalotorax), badan (abdomen), dan ekor (uropoda). Kulit keras membungkus area cephalotorax dengan rostrum atau tonjolan karapas bergerigi yang terletak di area kepala. Rostrum pada bagian atas berjumlah 11-13 buah dan bagian bawah berjumlah 8-14 buah.
Udang jantan mempunyai kaki jalan yang tumbuh dengan ukuran yang cukup besar dan panjang. Panjang pasangan kaki tersebut bisa mencapai 1,5 kali panjang badan udang galah itu sendiri. Pasangan kaki jalan ini bisa digunakan sebagai pembanding antara udang galah betina dan jantan karena ukuran kaki jalan udang galah betina relatif lebih pendek dan kecil.
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna  Jatna, (1984) udang galah memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Phylum                  : Arthopoda
Sub Phylum          : Mandibulata
Klass                     : Crustacea
Sub klass              : Malacostraca
Ordo                      : Decapoda
Sub Ordo              : Natantia
Famili                    : Palaemonidae
Genus                   : Macrobracium rosenbergii de Man.
2.1. Seleksi Induk Udang Galah
            Untuk mendapatkan hasil benih udang galah dengan kualitas tinggi, pemijahan harus dilakukan dengan induk yang berkualitas pula. Induk udang galah sebaiknya dipilih dengan beberapa persyaratan. Induk dipilih dengan umur antara 8-20 bulan. Induk betina dipilih dengan ukuran minimal 40 gram sementara induk jantan dipilih dengan ukuran minimal 50 gram.
Induk pembenihan udah galah harus dipilih dari udang galah yang sudah matang telur paling tidak dua kali dengan jumlah telur yang dihasilkan cukup banyak. Udang galah yang cocok dijadikan indukan adalah udang galah dengan badan yang bersih dan bebas dari berbagai kotoran termasuk parasit. Indukan juga sebaiknya dipilih dari udang dengan tipe pertumbuhan yang cepat.
2.2. Perawatan Induk
            Induk jantan dan betina dalam proses perawatan induk harus dipelihara di tempat terpisah. Tempat pemeliharaan udang galah indukan berupa bak atau kolam perawatan yang terbuat dari beton dengan kedalaman 80-100 cm. Kepadatan udang galah dalam setiap meter perseginya hanya empat ekor. Pada tahap ini, pemberian pakan berupa pelet dilakukan sebanyak 5% dari berat udang galah. Pelet yang dipilih mengandung 30% protein.
Induk yang dipelihara pada kolam pemeliharaan dan setiap 2 bulan sekali dilakukan sampling telur. Induk yang matang telur diangkat/dipisahkan kemudian dimasukan kedalam bak penetasan. Ciri induk yang baik mempunyai bobot minimum 50 g/ekor, panjang 10-20 cm, tidak cacat dan berpenyakit, apabila dipegang akan meronta, berasal dari keturunan unggul serta mengerami telur yang berwarna coklat tua.
2.3. Pemijahan
            Perkembangbiakan udang galah dimulai setelah bobot badan mencapai 50 g/ekor. Semakin besar bobot udang galah semakin banyak pula telur yang dihasilkan. Udang galah yang siap pijah terlihat dari warna merah oranye gonad yang menyebar ke seluruh bagian hingga bagian cephalotorax. Pemijahan biasanya diawali dengan pergantian kulit pada udang galah betina. Proses perkawinan induk baru dimulai saat udang galah betina sudah kembali ke keadaan semula. Perkawinannya dilakukan pada air tawar dan penetasannya pada air payau. Proses pemijahan dilakukan dalam kolam pemijahan dari tanah, bak beton, serat kaca, maupun akuarium dengan kepadatan empat ekor setiap meter perseginya dengan komposisi jantan dan betina 1:3. Proses pemijahan biasanya terjadi selama 21 hari dan selama proses ini, pelet yang mengandung 30% protein diberikan empat kali sehari berat sejumlah 5% dari berat udang galah.Telur hasil pemijahan yang telah dibuahi diletakan dibawah perut induk betina dan disangga oleh kaki renang.  Induk udang galah yang berbobot 50 g dapat menghasilkan 15.000-25.000 butir telur.
2.4. Penetasan telur
Proses penyortiran induk dilakuan dengan memilih induk yang memiliki telur berwarna abu-abu dan kemudian diberi perlakuan dengan merendam induk tersebut ke dalam larutan Methylene Blue dengan ukuran 1,5 mg per liter selama 25 menit. Dalam proses penetasan telur udang galah, kolam penetasan dan pemeliharaan diisi dengan air payau dengan salinitas 3-5 ppt. Untuk setiap bak dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 meter persegi, 25 ekor induk dimasukkan. Agar kulitas air terjaga, makanan yang diberikan berupa potongan kecil kentang, ubi, atau singkong. Telur akan menetas setelah 6-12 jam dengan suhu yang dijaga pada 28-30°C.



BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Induk dipilih dengan umur antara 8-20 bulan. Induk betina dipilih dengan ukuran minimal 40 gram sementara induk jantan dipilih dengan ukuran minimal 50 gram.
2.      Induk udang dipelihara secara terpisah pada saat perawatan induk dan pada saat ini pakan yang di berikan berupa pelet  dengan kandungan protein 30 %.
3.      Proses pemijahan terjadi selama 21 hari dengan komposisi jantan dan betina yaitu 1:3.
4.      Induk dipilih dengan umur antara 8-20 bulan. Induk betina dipilih dengan ukuran minimal 40 gram sementara induk jantan dipilih dengan ukuran minimal 50 gram.
5.      Telur akan menetas setelah 6-12 jam dengan suhu yang dijaga pada 28-30°C dengan salinitas 3 – 5 ppt.



DAFTAR PUSTAKA
Khairuman dan Khairul Amri. 2003. Budidaya Udang Galah Secara Intensif. AgroMedia. Jakarta.
Marlina Aan. 2004. Pemeliharan Induk Udang Galah. Balai  Budidaya Air Tawar. Sukabumi.

Usman. 2002. Pembenihan Udang Galah Secara Intensif. Unit Pengembangan Udang Galah. Pamarican

Komentar

Postingan Populer