pembenihan ikan nila
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia.
Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas nila adalah:
a.
memiliki resistensi yang relatif tinggi
terhadap kualitas air dan penyakit,
b.
memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi
lingkungan.
c.
memiliki kemampuan yang efisien dalam
membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan
pertanian.
d.
memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan
e.
mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
Pengembangan
Budidaya nila di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969. Namun demikian
budidaya secara intensif mulai berkembang tahun 1990-an yang berkaitan dengan
maraknya budidaya nila di Keramba Jaring Apung. Perkembangan budidaya intensif
di Indonesia belum begitu menggembirakan karena beberapa faktor antara lain
masih rendahnya efisiensi produksi dan rendahnya harga pasar disamping
pengadaan benih dan induk yang bermutu.
Pengkajian
teknologi budidaya ikan nila dalam mendukung intensifikasi pembudidayaan
diarahkan untuk meningkatkan efisiens produksi, dalam rangka meningkatkan daya
saing harga. Beberapa upaya yang berkaitan dengan pengkajian teknologi antara
lain pengkajian teknik pembenihan, yang meliputi; kontruksi kolam pemijahan,
teknik pengelolaan induk dalam pemijahan (jumlah induk minimal yang dipijahkan
dalam rangka menghambat laju silang dalam), teknik produksi benih tunggal
kelamin jantan dan benih steril (melalui hormonisasi, YY-Male, dan
tetraploidisasi). Sedangkan pengkajian teknik pembesaran diarahkan untuk
menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi persyaratan ukuran permintaan ekspor
(ukuran ikan minimal 500 gram per ekor) antara lain melalui kajian penggunaan
benih tunggal kelamin.
kegiatan
perbenihan Ikan Nila di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujong Batee dilakukan
mulai dari Persiapan kolam sampai Panen. Tujuan dilakukan perbenihan ini untuk
memenuhi permintaan benih dari dalam daerah maupun luar daerah dengan jumlah
banyak.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum
yang dilakukan di Balai Budidaya Air Payau yaitu sebagai berikut:
a.
Mendapatkan keterampilan teknis dalam perbenihan
ikan Nila.
b.
Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh selama praktikum yang
dapat diterapkan di kemudian hari.
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan
Praktikum ini yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai teknik
budidaya dan pembenihan ikan nila.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Klasifikasi
Ikan Nila menurut Pauji (2007) adalah sebagai berikut :
Philum : Chordata
Subphilum : Vertebrata
Kelas :
Osteichthyes
Subkelas :
Achantopterigii
Ordo : Perciformes
SubOrdo : Percoidei
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan Nila bisa memijah
sepanjang tahun di daerah tropis. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi
pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila
bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan
sekali, Ikan Nila akan berkembang biak.
Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan dengan bobot
sekitar 250 gram ( Arie, 2000 ).
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada
kisaran suhu 14-38ºC dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37ºC. Untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimal bagi ikan nila adalah 25-30ºC.
Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah
dari 14ºC atau pada suhu tinggi 38ºC. Ikan Nila akan mengalami kematian pada
suhu 6ºC atau 42ºC (Sucipto dan Prihartono, 2007).
kualitas air yang
sesuai dengan habitat ikan nila sebagai berikut :
·
Nilai keasaman air (pH) tempat hidup
ikan nila berkisar antara 6- 8,5.
·
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal
adalah antara 7-8.
·
Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30
derajat C.
·
Kadar garam air yang disukai antara 0-35
per mil. (Panggabean. 2009).
Proses pemijahan ikan
nila berlangsung sangat cepat. Dalam waktu 50 – 60 detik mampu menghasilkan 20
– 40 butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan itu terjadi beberapa kali dengan
pasangan yang sama atau berbeda hingga membutukan waktu 20 – 60 menit. Telur
ikan nila berdiameter 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna kuning,
tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur-telur yang telah dibuahi,
dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4 – 5 hari. Telur
yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva 4 – 5 mm. hingga mencapai umur
11 hari dan berukuran 8 mm. Benih yang sudah tidak diasu lagi oleh induknya
akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di
pinggir kolam. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu
Dan Tempat
Praktikum ini dilkakukan pada tanggal 25, 26 dan 27
februari 2016tempad dilakukannya praktikum ini yaitu di BPAP ujong Batee.
Praktikum dimulai dari jam 08.00 WIB sampai dengan selasai.
3.2 Alat
Dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum teknik pembenihan ini yaitu sebagai
berikut :
No
|
Alat
dan Bahan
|
jumlah
|
1
|
Kamera
|
1
|
2
|
Alat
Tulis
|
Secukupnya
|
3.3 Cara
Kerja
Cara kerja yang
dilakukan pada pembenihan ikan nila Oreocromis
niloticus yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
wadah pemijahan.
2. Seleksi
induk.
3. Pemijahan
4. Panen
benih
5. Panen
telur
6. Diamati
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
|
Parameter yang
diukur
|
Nilai
|
1
|
a.
Parameter kimia
1.
DO
|
3 – 5 ppm
|
2
|
b.
Parameter fisika
1.
Salinitas
2.
Suhu
|
5 – 10 ppt
|
28OC
– 31OC
|
Tabel 4.1.1. hasil parameter kualitas air
4.2 Pembahasan
Ikan nila dapat dipijahkan dikolam beton dan kolam
tanah.sebelum dilakukan pemijahan, kolam beton terlebih dahulu dikeringkan dan
diolesi MB maupun MG di dinding kolam. Pengolesan MB dan MG ini bertujuan untuk
membunuh bibit penyakit. Sedangkan pada kolam tanah, kolamnya dikeringkan dan
dilakukan pengapuran, hal ini bertujuan untuk membunuh hama dan bibit penyakit
serta dapat menetralkan PH air dan PH tanah.
BPAP ujong batee dan BBI
janthobaru melakukan sistem pengolahan induk pembenihan dalam satu unit
produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijahan. Jumlah induk dalam
satu populasi pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk
berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina dengan
perbandingan 3 : 1 yang dilakukan pada BBI jantho baru. Sedangkan pada BBAP
ujong bate 60 ekor dalam satu bak dengan jantan 20 ekor dan betina 40 ekor
dengan perbandingan 1:2. Sebelum dilakukan pemijahan terlebih dahulu dilakukan
seleksi induk.
Seleksi induk ikan Nila dilakukan
dengan pengamatan dengan memperhatikan ciri-ciri induk berkualitas baik sebagai
berikut :
1) Kondisi sehat
2) Bebas dari hama dan penyakit
3) Bentuk badan normal
4) Sisik besar dan tersusun rapi
5) Kepala relatif kecil dibandingkan dengan
badan
6) Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak
kusam)
7) Gerakan lincah
Perbedaan
induk jantan dan betina dapat dilihat dari warnanya.Induk betina lebih cerah
dengan warna kehijauan, sedangkan induk jantan warnanya agak kabur
kehitam-hitaman. Induk jantan memiliki 1 lubang kelamin berbentuk memanjang,
yang digunakan sebagai tempat mengeluarkan sperma dan air seni. Sementara
betina memiliki 2 lubang kelamin yang digunakan untuk mengeluarkan sperma dan
air seni.
Penebaran induk dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
padat tebar satu ekor/meter. Satu periode pemijahan berlansung selama 7 – 10
hari untuk dapat dilakukan pemanenan larva. Proses pemijahan sendiri dapat
berlangsung selama delapan periode pemijahan dengan delapan kali pemanenan
larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk diangkat dari
kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina untuk
pematangan gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut dimasukkan
kembali kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Benih ikan nila dipanen dengan melakukan pengiringan
kolam pemijahan. pada saluran pembungan dipasang hapa, pemansangan hapa ini
bertujuan supaya menampung benih ikan yang lolos dari kolam pemijahan pada saat
dilakukan pengiringan. Induk ikan nila yang ada pada pemijahan diperiksa induk
yang sudah melakukan pemijahan dan yang belum melakukan pemijahan. induk yang
sudah melakukan pemijahan ditandai dengan ada nya benih didalam mulut dan masih
ada sisa telur ikan didalam mulut induk ikan betina. Telur yang belum menetas
yang masih tersimpan dimulut ikan betina di ambil dan dimasukkan ke tempat atau
kolam penetasan atau corong penetasan. Sedangkan benih dimasukkan ke dalam
kolam pendederan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat disimpulkan berdasarkan pembahasan diatas sebagai berikut:
1.
Pembenihan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) dapat dilakukan
dikolam tanah dan kolam beton.
2.
Perbandingan pemijahan pada BBI jantho
yaitu 1:3 sedangkan Pada BBAP ujong batee yaitu 1:2.
3.
Telur ikan yang belum menetas dapat
diteteskan didalam corong penetasan.
4.
Proses pemijahan berlangsung selama 7 – 10
hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri, Khairul, Ir,
M.Si, 2009. Budidaya Ikan Nila Secara
Intensif. gromedia Jakarta. 1, 17, 18, 19, 20, dan 21 hal.
Arie, U. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Panggabean,A. 2009. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Sumatra Utara. Hal 2; 3
;8 ; 12-14
Pauji, A. 2007. Beberapa Teknik Produksi Induk Unggul ikan
nila dan Ikan Mas. Disampaikan pada pelatihan tenaga teknis sewilayah timur
Indonesia. BBAT Tatelu, Manado.
Sucipto, A.dan
Prihartono, E.2007. Pembesaran Nila Merah
Bangkok. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar