ikan kerapu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) merupakan ikan yang habitat hidupnya di karang dan di dasar
perairan berbatu, berdiam diri di dalam lubang-lubang untuk menunggu mangsa.
Dapat hidup di air laut maupun air payau karena mempunyai toleransi tinggi
terhadap salinitas yaitu 15-35 ppt. Daerah penyebaran kerapu macan di mulai
dari Afrika Timur, Fasifik Barat Daya, Australia, Taiwan, Mikronesia, dan
Polinesia. Sedangkan di perairan Indonesia yang populasinya cukup banyak adalah
perairan Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Pulau Buru (Mayunar; et.al.1991).
Kerapu macan mempunyai sifat hidup
soliter, dimana hidupnya tidak bergerombol, baik saat mencari makan maupun
dalam keadaan bahaya. Namun pada saat akan memijah kerapu macan akan
bergerombol, ini terjadi beberapa hari sebelum bulan purnama penuh pada malam
hari. Di Indonesia, musim pemijahan ikan kerapu macan terjadi bulan Juli –
September dan November – Februari, terutama di Perairan Kepulauan Riau, Karimun
Jawa dan Irian
Jaya. Dalam satu tahun musim pemijahan terjadi sebanyak 6-8 kali, sedangkan pemijahan
pertama (prespawning) terjadi 1-2 kali pemijahan dalam setahun (Basyarie, A.
1989).
Ikan Kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) umumnya
dikenal dengan istilah “groupers” dan merupakan salah satu komoditas perikanan
yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun pada internasional dan
selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Ekspor ikan kerapu macan melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton
pada tahun 1988. Ikan Kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat
diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan
hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera
konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha
budidaya (Mayunar; et.al. 1991).
Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam
proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama
ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman.
Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai Unit Pelaksana
Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan
benih melalui pembenihan buatan, manipulasi
lingkungan dan penggunaan hormon (Basyarie, A. 1989).
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan pengalaman
khususnya mengenai teknik pembenihan ikan kerpu macam (Epinephelus
fuscoguttatus) dengan
panduan pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah dan perbandingan langsung
di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras pada sirip punggung 11
buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1 buah. Jari-jari
sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah, sirip dubur 8 buah,
sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengan tubuh bagian
verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical berwarna
gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo (Mucharie, A; et.al. 1991).
Menurut (Mucharie, A; et.al. 1991), menjelaskan bahwa kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum
:
Chordata
Sub phylum :
Vertebrata
Class
: Osteichtyes
Sub class
: Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi
Sub ordo
: Percoidea
Family
: Serranidae
Sub family
: Epinephelinae
Genus
: Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies
: (Epinephelus fuscoguttatus)
Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 –
3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7
– 40 m, biasanya perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari. Telur
dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal.
Habitat favorit larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai
dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan
ikan kerapu tinggal di terumbu karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang
hidup di pantai sekitar muara sungai. Kerapu besar biasanya ditemukan
diperairan pantai yang berlumpur di depan muara
sungai (Mucharie, A; et.al. 1991).
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) bersifat hermaprodit protogini yang berarti setelah mencapai
ukuran tertentu, akan berganti kelamin (change sex) dari betina dewasa
menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini memerlukan dalam waktu cukup lama dan
terjadi secara alami. Biasanya perubahan kelamin terjadi ketika ikan mencapai
berat 7 kg. (Sudjiharno, 2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) betina
ketika akan memijah akan mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan
jantan dan ikan betina akan berenang bersama- sama di permukaan air.
Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari pada saat bulan gelap. Jumlah telur
yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan tergantung dari berat tubuh
ikan betina. Misalnya ikan yang beratnya 8 Kg dapat menghasilkan telur
1.500.000 telur. Telur yang telah dibuahi bersifat non adhesive yaitu telur
yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan
transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 – 0,85 mm. telur yang dibuahi akan
menetas menjadi benih yang aktif berenang
(Sudjiharno, 2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) merupakan hewan karnifora yang memangsa ikan-ikan kecil,
kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva ikan kerapu macan memangsa larva
moluska. ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat
karnifora dan cenderung menangkap/memangsa yang aktif bergerak di dalam air
ikan kerapu macan juga bersifat kanibal. Biasanya mulai terjadi saat larva
kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu
tempat dengan kepadatan tinggi, (Sudjiharno, 2003)
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) mencari makan hingga menyergap mangsa dari tempat
persembunyiannya dengan cara makannya dengan memakan satu per satu makanan yang
diberikan sebelum makanan tersebut sampai ke dasar perairan (Sudjiharno, 2003).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu
Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 25 Februari
sampai 27 Februari 2016 bertempat di Balai Benih Air Payau ( BBAP ) Ujung Bate.
3.2 Alat Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum
ini yaitu pulpen, buku, dan camera.
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Seleksi Induk ikan kerapu
Induk ikan betina yang dipilih
untuk proses pemijahan yaitu induk yang berumur 4-5 tahun dengan berat tubuh
ikan 4-5 kg dan panjang tubuh 50-80 cm. Begitu juga untuk ikan jantan berumur
minimal 3-4 tahun dengan berat 3-4 kg.
3.3.2. proses perkawinan atau pemijahan
Setelah induk di seleksi kemudia
dimasukkan ikan jantan dan ikan betina satu wadah perkawinan, di dalam proses
ini ikan harus dijaga pola makan serta manajemen kualitas air.
3.3.3. Pemanenan telur ikan kerapu
Selama proses perkawinan
berlangsung sampai ikan kerapu ini mengeluarkan telur selama 5-8 hari
selanjutnya telur telur yang dihasilkan di panen untuk dilakukan perawatan
telur di bak pemeliharaan telur ikan kerapu, adapun kriteria telur yang baik
yaitu besar, warna mengkilap, dan terapung.
3.3.4. Pemeliharaan Larva
Telur yang telah terbuahi
selanjutnya akan menetas selama 4-5 hari, dihari pertama sampai hari ke empat
larva ikan kerapu tidak perlu di beri pakan karena cadangan makanannya masih
tersedia, selanjutnya larva di hari ke 4-15 di beri pakan naupli artemia, hari
ke 15-30 di beri pakan artemia dan selanjutnya di beri pakan moina, dapnia,
serta pelet.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
Dari praktikum ini kami mendapatkan ilmu yang sangat
bermanfaat tentang ikan kerapu.
4.2
Pembahasan
Kegiatan
pembenihan yang dilakukan di Balai Benih Air Payau ( BBAP ) Ujung Batee. Yaitu
dilakukan pada bak pembenihan yang terbuat dari bak beton. Sebelum dilakukan pembenihan atau
pemijahan terlebih dahulu dilakukan seleksi induk, karena hasil dari benih yang
dihasilkan tergantung dari kualitas induknya. Setelah dilakukan seleksi induk,
baru dilakukan pemeliharaan induk. Bak pemeliharaan induk kerapu berukuran 3
meter, Bak berbentuk bulat bertujuan untuk mengurangi titik mati. Nafsu makan
induk ikan kerapu baik dan bersifat responsive. Ukuran induk betina 2 kg dan
jantan 3,5 kg. Kerapu bebek berukuran 400 gr seharga Rp.350.000/ kg. Pakan berupa
ikan rucah dan diberikan sampai kenyang sebanyak 2-3% (1 x sehari). Pergantian air 300 % setiap hari. Pemijahan
dilakukan pada waktu bulan gelap, karena kebiasaan memijah ikan kerapu di alam
yaitu pada malam hari saat bulan gelap. Bahwa terjadinya pemijahan pada ikan
kerapu yaitu ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan.
Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama
dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai
pukul 22.00. sehingga dalam budidaya pun harus diperlakukan seperti itu, untuk
kenyamanan serta keberhasilan dalam kegiatan pemijahan. Perbandingan induk yang
digunakan dalam pemijahan ini adalah 3 berbanding 1 (1` jantan , dan 3 betina).
Karena dilihat dari berat bobot induk jantan maupun betina tersebut, sangat
berpengaruh terhadap bobot gonad induk itu sendiri, dimana gonad pada induk
betina sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pemijahan, seperti yang
diketahui bahwa ikan kerapu bersifat hemaprodid protogini yaitu perubahan dari
betina menjadi jantan. bahwa dalam
kegiatan pembenihan ikan kerapu, perlu diperhatikan sifat biologisnya, dimana
ikan kerapu ini bersifat hemafrodid protogini, perubahan jenis kelamin dari
betina ke jantan, sehingga dalam melakukan pemijahan perlu diperhitungkan
perbandingannya, perbandingan induk dalam pemijahan ikan kerapu biasanya 1 : 1,
dan 2 : 1, hal tersebut tergantung dari berat bobot induk yang akan di
pijahkan. Oleh karena itu dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan induk yang digunakan
dalam pemijahan di BBL sekotong,yaitu 3 : 1 ( 3 betina, dan 1 jantan)
dikarenakan bobot dari induk tersebut. Bobot ikan betina yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap bobot, dan kematangan gonad induk yang akan dipijahkan.
Setelah itu baru dilakukan penangan telur, dimana terlebih dahulu dipersiapkan
wadahnya yaitu bak pemeliharaan telur. Ukuran bak pengumpulan telur adalah
1x1x1 m. Telur kerapu bebek dipanen dengan skop net (mesh size 200 mikrometer).
Dilakukan seleksi telur yang baik dan yang buruk. pada media pemeliharaan
khusus dengan padat tebar 5-6 butir/liter selama 15-19 jam pada suhu air 30-32 oC.
kemudian Setelah telur menetas, maka langsung dilakukan pemeliharaan larva.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan
pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
1.
Perbandingan
induk yang digunakan dalam pembenihan di BBAP Ujung Batee adalah
1 : 3 (tiga betina, dan 1 jantan), dikarenakan
ikan kerapu bersifat hemafrodid protogini, sehingga hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap perkembangan gonad.
2.
Masa keritis
larva yaitu umur 3 hari (D3) – (D7) karena kuning telur mulai terserap habis,
sehingga perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus
Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml.
3.
Peda
kegiatan pendedran, masa pemeliharaan larva sampai waktu siap tebar pada wadah
pembesaran (KJA) yaitu 2 sampai 4 bulan dengan ukuran 10 sampi 12 cm.
4. Pada
Kegiatan pembesaran , Arus dan keadaan
gelombang yang cukup besar sangat
mempengaruhi nafsu makan ikan yang di pelihara pada Keramba Jaring Apung
(KJA).
5.
Penyakit
yang sering menyerang ikan kerapu yaitu VNN dan monogenia, dan vibrio.
Penanganan penyakit dilakukan dengan perendaman dalam air tawar dan vitamin
acrivlafin (1 x seminggu).
5.2 Saran
Semoga
kedepan lebih baik lagi Amiiiin...
DAFTAR
PUSTAKA
Basyarie, A. 1989. Pengendalian
hama dan penyakit ikan. Sub balai penelitian budidaya pantai. Bojonegoro.
26 hal.
Ghaufran, M.
2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 78
hal.
Hasan, I.
2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia. Jakarta. 260 hal.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani, dan
T. Yokohama. 1991 Pemijahan Ikan Kerapu Macan, (Ephinepelus fuscoguttatus). Bul. Pen. Perikanan (terbitan
Khusus). 15 hal.
Murtidjo, B. A. 2002. Budidaya Ikan Kerapu
Dalam Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 89 hal.
Mucharie, A. Sapriatna. T. Ahmad, dan kohno. 1991. Pepeliharaan
Larva Kerapu Macan, (Ephinepelus fuscoguttatu)s.pen.
Perikanan. (terbitan
Khusus). 34 hal.
Riduwan, 2002. Skalah Pengukuran
Variable-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. 189 hal.
Sudjiharno, 2003. Perkembangan
Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung di Wilaya lampung. 53
Hal
Komentar
Posting Komentar